Penelitian bukanlah satu-satunya misi Sheikh Muszafhar di luar angkasa. Ia juga membawa misi relijius yang sangat penting. Ia ingin melaksanakan shalat di luar angkasa, sekaligus mengabarkan kepada dunia bahwa shalat adalah ibadah yang sangat agung. Ibadah yang tidak boleh ditinggalkan kapan dan di mana saja, termasuk ketika berada di luar angkasa.
Bersama tiga astronot lainnya, ia mengangkasa selama 12 hari. Waktu itu umat Islam di bumi sedang menjalankan ibadah puasa. Sebagai orang Islam, Sheikh tetap menjalankan ibadah itu meski berada ribuan mil dari bumi. Dan ia mengaku, berpuasa di langit jauh lebih nyaman dan khusyuk. Selain karena tidak merasa haus, lapar, atau lelah, ia juga bisa melihat beragam tanda-tanda kekuasaan Allah.
Di angkasa, Sheikh menjalankan sejumlah eksperimen yang diamanahkan kepadanya. Di atas sana, ia menjalankan fungsinya sebagai dokter dengan penelitian-penelitian biologis dan kimiawinya. Menurut Sheikh, 12 hari ternyata tidak cukup panjang untuk menjalankan semua eksperimennya.
Sheikh tidak bisa menyembunyikan rasa puas dari perjalanannya ini. Bukan saja karena ia berhasil melakukan penelitian, sebagaimana yang ia rencanakan. Di luar angkasa ia bisa menjumpai banyak sekali tanda kekuasaan Allah. Yang tak mungkin terlupakan, ketika ia mendengar suara adzan di sana.
Jadi bagi Dr. Sheikh Muszaphar Shukor, ibadah puasa yang sedang dijalaninya di bumi saat ini dan lebaran nantinya tetap akan dilaksanakan walaupun dirinya berada di luar angkasa. Uniknya, penentuan waktu Sholat, arah kiblat, imsak dan berbuka selama berada disana tidak sama dengan dibumi. Karena Stasiun antariksa mengelilingi Bumi sebanyak 16 kali dalam 24 jam! Dan itu berarti Ia akan menemui 16 kali matahari terbit dan terbenam, yang sama halnya 16 kali bertemu waktu imsak dan berbuka dalam sehari (waktu dibumi) Dan waktu sholatnya pun bisa berlipat hingga 80 kali dalam sehari.
Kalau begitu puasanya cuma 1,5 jam.